Jumat, 02 Maret 2018

Pada Suatu Senja di Jogjakarta



Sri
Kau bilang Jogja bagai rumah kalbu
Dia selalu menentramkan gundah gulana yang berkecamuk dalam relung kalbu
Kau bilang Jogja menentramkanmu
Dia selalu dapat melepaskan ikatan beban dalam pundakmu tanpa perlu kau gerutu
Kau bilang Jogja sebagai tempat meremuk redam segala lara yang terasa
Dia selalu hadir di ingatanmu mana kala kamu butuh tempat untuk menjadi dirimu seutuhnya

Mungkin hanya Jogja yang saat ini bisa menjawab keluh kesahmu
Lalu akupun berlalu bagaikan debu yang menderu, menjauhimu
Sementara saja, mauku begitu
Tapi ternyata saat hujan di Jogja pada Desember itu
Kau mendekatiku dan membisikkan sesuatu

Pandu
Senja kali ini, berbeda dengan senja sebelumnya, Sri
Hatiku sudah menemukan rumah yang aku ingini
Pada senja ini, tak usah kau endapkan ingatan tentang senja dahulu yang pasti tak kembali
Tengok saja ayah bundamu, Sri
Sampaikan maaf karena ruang relungku telah terpatri di kota ini

Satu hal yang perlu kau ingat, Sri
Pada suatu senja di Jogjakarta, aku pernah melabuhkan hati
Pada seorang dewi yang kini di tiap lekuk ingatannya tak kudapati diriku lagi
Semoga segera kau gapai semua yang kau ingini
Bukan dengan aku yang merintih sendiri menghadapi gulana yang tak kunjung pergi

This entry was posted in

0 komentar: